Bulan: November 2023

Dongeng Anak Indonesia: Kisah Timun Mas Mengalahkan Raksasa yang Ingin Memangsanya

Kisah Timun Mas Mengalahkan Raksasa – Timun Mas merupakan cerita rakyat populer di Jawa Tengah yang sering ditemukan di berbagai buku cerita anak. Kisah ini telah diceritakan berkali-kali dan ditulis dalam versi berbeda oleh banyak penulis. Secara umum Timun Mas berkisah tentang seorang gadis yang berusaha melarikan diri dan bertahan hidup dari kejaran raksasa jahat yang ingin menangkap dan memakannya. Berhasilkah Timun Mas melarikan diri dari raksasa tersebut? Untuk mengetahui cerita selengkapnya, simak cerita rakyat Timun Mas berikut ini.

Kehidupan Kesepian Seorang Janda Bernama Mbok Srini dan Menanti Kehadiran Seorang Anak

Dahulu kala, di sebuah desa di Jawa Tengah, hiduplah seorang janda paruh baya bernama Mbok Srini. Karena kesepian, ia sangat mengharapkan seorang anak, namun sayang harapan tersebut pupus karena suaminya telah meninggal. Setiap hari ia selalu berdoa agar bisa diberikan seorang anak untuk mendampingi hidupnya. Hingga pada suatu ketika, raksasa hijau (buto ijo) yang kebetulan sedang lewat mendengar doa Mbok Srini.

Baca juga: Dongeng Anak: Petani Serakah yang Tak Pernah Bersyukur

Dengan suaranya yang menggelegar, raksasa itu bertanya, “Wahai wanita tua! Apakah kamu benar-benar menginginkan seorang anak?”
Mbok Srini terkejut. Dengan gemetar ia menjawab bahwa ia mendambakan seorang anak yang bisa menemaninya. Namun, hal tersebut sepertinya mustahil mengingat usianya yang sudah lanjut, dan suaminya juga telah meninggal.

Mbok Sri yang mendambakan seorang anak membuat perjanjian dengan Buto Ijo

“Ha… ha… ha… aku bisa mengabulkan keinginanmu dengan mudah, tapi tentu saja ada syaratnya. Apakah kamu siap?” tanya raksasa itu.
“Baiklah, aku bersedia,” kata Mbok Srini, meski hatinya takut melihat sosok raksasa yang besar dan menakutkan itu.
“Jaga anak yang kuberikan padamu nanti. Beri dia banyak makanan untuk membuatnya gemuk. “Aku akan menjemputnya saat dia berumur 6 tahun,” kata raksasa itu dengan gemuruh. Karena tidak punya pilihan lain, Mbok Srini menerima syarat tersebut. Raksasa itu memberinya segenggam bibit mentimun untuk ditanam.

Bibit mentimun yang ditanam Mbok Srini berubah menjadi seorang bayi perempuan yang cantik jelita

Mbok Srini pun mengikuti nasehat raksasa itu untuk menanam bibit timun yang didapatnya. Bijinya tumbuh dan berbuah dalam waktu singkat. Hanya dalam waktu beberapa hari, pohon timun sudah tumbuh dengan buah yang sangat besar dan siap dipanen.
Betapa terkejutnya Mbok Srini ketika sedang memetik salah satu ketimun, dihadapannya ada seorang bayi perempuan yang cantik jelita. Bayi tersebut diberi nama Timun Mas, karena ia lahir dari timun emas.

Raksasa Datang Meminta Janjinya

Mbok Srini pun merawat Timun Mas dengan penuh kasih sayang. Hingga Timun Mas berusia 6 tahun, raksasa itu kembali menuntut janjinya untuk memakan gadis itu. Tak menyerah, Mbok Srini mencari cara agar Timun Mas tidak jadi santapan raksasa.

“Bersabarlah, aku serahkan padamu, tapi apakah kamu mau? “Badannya masih kecil dan kurus, menurutku dia belum cukup sehat untuk makan,” kata Mbok Srini. Percayalah, kembalilah dalam dua tahun, saya jamin dia akan melakukannya. “Aku sudah gendut,” jawab Mbok Srini. Raksasa itu mempercayai perkataan Mbok Srini. Dua tahun bukanlah waktu yang lama, pikirnya.

Dongeng Anak: Petani Serakah yang Tak Pernah Bersyukur

Petani Serakah yang Tak Pernah Bersyukur – Pak Petani selalu ingin menghasilkan banyak uang. Di musim semi, dia berseru kepada Tuhan, “Jika cuaca cerah, aku akan menuai gandumku. Keesokan harinya, matahari bersinar terang. Petani itu juga menuai sebagian gandumnya. Setelah itu, dia kembali berseru kepada Tuhan, “Kalau hari ini hujan pasti turun hujan. Bagus untuk gandum saya yang lain.

Baca juga: Simak Dongeng Anak Indonesia : Bawang Merah dan Bawang Putih

Keesokan harinya hujan turun. Petani itu berkata, “Jika hujan lebih deras, gandum saya akan tumbuh lebih cepat.” Keesokan harinya hujan turun lagi. Musim panas tiba, para petani memanen gandum dan menumpuknya di ladang. Setelah menyelesaikan pekerjaannya, petani itu berkata, “Tuhan, jika Engkau memberiku hujan lebih banyak, maka panenku akan jauh lebih besar dari ini.

Musim panas masih berlangsung. Petani itu ingin segera menanam gandum. Ia berseru dengan kesal, “Mengapa Engkau tidak memberiku hujan lagi, Tuhan? Beri aku hujan agar aku bisa menanam gandum dan memanennya!”. Allah kemudian menurunkan hujan yang sangat deras hingga berhari-hari. Banjir melanda ladang petani. Gandum petani itu semuanya hanyut terbawa air. Pesan moral: Selalu bersyukur atas apa yang telah Tuhan berikan kepada Anda. Nikmati apa yang Anda miliki.

Simak Dongeng Anak Indonesia : Bawang Merah dan Bawang Putih

Bawang Merah dan Bawang Putih – Anda bisa mengisi waktu di rumah bersama anak dengan membacakan dongeng khas Indonesia. Sebab jika dilakukan sejak dini, secara tidak langsung Anda sudah bisa mengenalkan budaya membaca pada anak Anda. Budaya membaca akan sangat penting bagi anak di masa depan. Selain itu dengan membacakan dongeng-dongeng asal Indonesia, anak-anak juga akan belajar nilai-nilai moral dan budi pekerti. diperoleh dari dongeng. Serta mampu meningkatkan imajinasi anak dan meningkatkan kemampuan berbahasanya. Jadi penting ya Ma untuk membacakan cerita pada anak sejak dini. Salah satu dongeng Indonesia yang identik dengan pesan moralnya adalah dongeng anak Bawang Merah dan Bawang Putih.

Kisah Bawang Merah dan Bawang Putih

Bawang Merah dan Bawang Putih merupakan dongeng Melayu Indonesia yang berasal dari Riau. Kisah ini bercerita tentang dua orang kakak beradik yang mempunyai sifat berbeda dan bertolak belakang, serta seorang ibu tiri yang tidak adil dan pilih kasih. Untuk mengetahui ceritanya kali ini, kami telah menyiapkannya secara lengkap di bawah ini:

1. Ada seorang janda yang tinggal bersama kedua anaknya yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih

Di sebuah desa, hiduplah seorang janda yang tinggal bersama kedua anaknya yang mempunyai paras menawan yaitu Bawang Merah dan Bawang Putih. Ayah kandung Bawang Putih yang juga merupakan suami dari ibu Bawang Merah telah meninggal dunia, sehingga Bawang Putih merupakan saudara tiri Bawang Merah. Bawang Merah dan Bawang Putih mempunyai karakter dan kepribadian yang berbeda. Bawang Putih rajin, baik hati, jujur dan rendah hati. Sedangkan Bawang Merah pemalas, sombong dan pencemburu. Sifat pemalas Bawang Merah juga diperburuk dengan dimanja oleh ibunya. Ibunya selalu memberikan Bawang Merah apapun yang diinginkannya. Pilihan Editor.

Baca juga: Simak Dongeng Anak Kancil dan Siput Penuh Makna

2. Bawang Putih selalu mengerjakan pekerjaan rumah, suatu hari Bawang Putih kehilangan kain milik ibunya saat mencuci

Sedangkan Bawang Putih mengerjakan semua pekerjaan rumah, mencuci, memasak, membersihkan rumah, dan dia mengerjakannya sendiri. Sedangkan Bawang Merah dan ibunya hanya menghabiskan waktu bersama. Ketika mereka membutuhkan sesuatu, mereka hanya meminta Bawang Putih. Bawang Putih tidak pernah mengeluh atas nasib buruk yang dihadapinya. Dia selalu melayani ibu tiri dan saudara-saudaranya dengan bahagia. Suatu hari, Bawang Putih mencuci pakaian ibu tirinya dan Bawang Merah di sungai. Bawang Putih tidak menyadari ada sehelai kain milik ibunya yang terapung di sungai. Ia merasa sedih, mengira jika kain itu tidak ditemukan, ia akan disalahkan, dihukum, atau diusir dari rumah.

3. Bawang Putih berusaha mencari kain ibu tirinya dan bertemu dengan seorang wanita tua

Karena takut kain ibunya tidak ditemukan, Bawang Putih terus mencari dan berjalan menyusuri sungai. Setiap kali dia melihat seseorang di tepi sungai, dia selalu bertanya tentang kain milik ibunya yang telah hanyut, namun semua orang tidak melihat di mana kain itu berada. Akhirnya Bawang Putih tiba di suatu tempat dimana sungai itu mengalir menuju sebuah gua. Anehnya, dia melihat seorang wanita yang sangat tua di dalam gua. Bawang Putih pun bertanya kepada wanita tua itu apakah dia pernah melihat kain milik ibunya. Wanita tua itu tahu di mana kain itu berada, namun dia memberi syarat sebelum menyerahkannya kepada Bawang Putih. Syaratnya, dia harus bekerja membantu wanita tersebut. Karena sebelumnya dia sudah terbiasa bekerja keras, dia rela membantu wanita tua itu.

4. Atas bantuannya, wanita tua itu memberikan bawang putih dan labu sebagai hadiah

Ketika hari sudah sore, Bawang Putih berpamitan kepada wanita tua tersebut dan kemudian wanita tersebut menyerahkan kain tersebut. Karena kebaikan Bawang Putih, wanita tua itu mempersembahkan sebuah labu sebagai hadiah. Ada dua buah labu, yang satu lebih besar dari yang lain. Bawang Putih diminta memilih labu yang diinginkannya. Karena Bawang Putih tidak serakah, maka ia memilih labu yang berukuran kecil. Setelah itu Bawang Putih kembali ke rumahnya. Ibu tirinya dan Bawang Merah sangat marah karena Bawang Putih terlambat. Bawang Putih kemudian menceritakan apa yang terjadi. Ibu tirinya masih marah karena Bawang Putih terlambat dan hanya membawa satu buah labu kecil. Jadi, ibunya membanting labu itu ke tanah.

Namun berbeda dengan Bawang Putih, Bawang Merah menolak membantu pekerjaan wanita tua itu dan bahkan dengan sombongnya memerintahkan wanita tua itu untuk memberinya labu yang lebih besar. Wanita tua itu menuruti permintaan Bawang Merah untuk memberikan Bawang Merah sebuah labu besar. Bawang Merah dengan gembira membawa labu besar pemberian wanita tua itu, sambil membayangkan berapa banyak permata yang akan didapatnya. Sekembalinya ke rumah, ibunya menyambut Bawang Merah. Tak lama kemudian, labu tersebut dihempaskan ke tanah. Alih-alih isi permata itu, berbagai ular berbisa yang menakutkan keluar dari dalamnya

Simak Dongeng Anak Kancil dan Siput Penuh Makna

Dongeng Anak Kancil dan Siput – Dongeng telah menjadi cara turun temurun dari generasi sebelumnya untuk menyampaikan pesan moral atau nasihat hidup. Dongeng ada banyak macamnya, salah satunya adalah fabel. Fabel merupakan cerita yang menceritakan kehidupan binatang yang berperilaku seperti manusia. Biasanya tokoh binatang yang dipilih dalam cerita akan mencerminkan sifat naluri binatang dan dibuat menyerupai reaksi manusia. Misalnya saja domba yang digambarkan sebagai hewan yang mudah dikalahkan atau harimau yang dikatakan sebagai salah satu hewan terkuat dan paling ditakuti.

Karakter hewan dipilih karena dapat lebih menarik perhatian anak. Biasanya di akhir cerita orang tua bisa menasihati anaknya dengan menggunakan perumpamaan binatang, misalnya: Kuatkan dirimu seperti harimau, tapi jangan kejam pada orang lain. Nah, itulah pengenalan singkat kita tentang dongeng. Sekarang, LingoAce ingin membawakan Anda salah satu dongeng paling terkenal. ‘Si Kancil dan Si Siput’ berkisah tentang keangkuhan si kancil yang pada akhirnya membawa kesialan baginya. Simak cerita selengkapnya di bawah ini, ya!

Selamat membaca!

Suatu hari, ada seekor kancil berlarian di hutan. Kancil dikenal sombong karena mampu berlari sangat cepat. Ia bahkan mungkin salah satu hewan tercepat di hutan. Lalu suatu hari, seekor siput yang sangat lambat berjalan melewati rusa. Kancil merasa harus menunjukkan kemampuannya di depan siput dan mengolok-oloknya. “Siput! Kamu lambat sekali! Apakah kamu ingin balapan denganku?” tanya kancil sambil tersenyum jahat. Kancil awalnya sangat yakin bahwa siput akan menolak tawarannya karena tidak mungkin siput bisa mengalahkan kancil. Namun, ternyata siput justru menerima tantangan dari kancil!

Baca juga: Inilah Kisah Sepasang Batu di Tepi Danau Laut Tawar

Merasa sedikit terkejut, kancil sungguh tidak menyangka akan respon siput tersebut. Namun kancil sama sekali tidak merasa khawatir karena ia yakin bisa mengalahkan siput itu dengan sangat mudah. Memang benar siput jauh lebih lambat dibandingkan rusa, namun siput tidak akan menerima tantangan dari rusa tanpa strategi yang matang. Tanpa sang Kancil sadari, Si Siput merencanakan bagaimana ia bisa memenangkan perlombaan ini dengan bantuan Siput lain yang ada di hutan.

Kira-kira beginilah rencana siput untuk memenangkan perlombaan

Semua siput yang ada di hutan akan bekerja sama dan berbaris di sepanjang tepi sungai. Ketika kancil memanggil siput untuk menggodanya, maka siput yang ada di depannya harus menjawab si kancil agar ia merasa kalah karena berada di belakang. Pada hari perlombaan, kancil merasa sangat yakin bisa memenangkan perlombaan. Saat pemandu lomba memberi isyarat agar mereka mulai berlari, kedua hewan tersebut berlari sekuat tenaga. Tentu saja kancil jauh lebih unggul dibandingkan siput yang berada di garis start bersamanya. Namun, dia masih berada di balik siput yang berjejer rapi di tepian sungai, bukan? Setelah beberapa saat, kancil pun siap bermegah dengan memanggil siput. Ia mengira siput itu tidak akan bisa mendengarnya karena siput itu tertinggal jauh.

“Hei, siput! Apakah kamu sudah lelah? Hahaha,” kata kancil dengan puas.
“Tidak, aku belum lelah,” jawab siput di hadapannya. Kancil kaget dan panik. Dia kembali berlari sekuat tenaga.

Beberapa saat kemudian, kancil kembali bertanya kepada siput. Sekali lagi, dia berharap siput itu tidak menjawabnya.
“Sepertinya kamu akan kalah, siput,” kata kancil dengan sombongnya.
“Kurasa tidak,” jawab siput dengan nada lembut.

Kancil merasa lebih terkejut dari sebelumnya dan dia berlari lebih cepat lagi. Namun, kini kancil sudah mulai kehabisan tenaga dan ia merasa haus. Kancil merasa lemas dan kakinya terasa pegal sekali. Akhirnya kancil mengundurkan diri dari perlombaan karena sudah tidak kuat lagi untuk berlari atau bahkan sekedar berjalan. Pesan moral yang dapat diambil dari cerita ini adalah kita tidak boleh memandang rendah siapapun atau merasa lebih unggul dari orang lain. Kalau kita hebat di satu bidang, bukan berarti orang lain juga hebat di bidang lain yang berbeda dengan kita. Bersikaplah baik kepada semua orang, oke?

Dengan bercerita seperti ini, si kecil pasti akan merasa lebih tertarik saat mendengarkannya bukan? Padahal, tujuan utama orang tua mengatakan hal tersebut adalah agar si kecil bisa menghargai orang lain. Memang mengajar anak dengan cerita sepertinya lebih efektif. Misalnya saja ketika Anda juga ingin mengajarkan bahasa asing pada si kecil. Menceritakan dongeng dalam bahasa asing dapat memberikan mereka beragam kosa kata baru dengan cara yang unik.

Inilah Kisah Sepasang Batu di Tepi Danau Laut Tawar

Sepasang Batu di Tepi Danau Laut Tawar – Pada suatu ketika di Aceh, hiduplah seorang gadis cantik. Masyarakat desa mengetahui bahwa selain cantik, gadis itu juga rajin dan sangat menyayangi keluarganya. Kecantikan gadis itu terdengar sampai ke seberang lautan. Suatu hari seorang pemuda datang dari negeri yang jauh. Dia meminta gadis itu untuk menjadi istrinya. Orang tua gadis itu menganggap pemuda itu cocok untuk gadis itu. Mereka menerima lamaran pemuda tersebut dan merestuinya meskipun mereka tahu bahwa setelah menikah, putri mereka akan mengikuti suaminya kembali ke negara asalnya.

Pesta pernikahan berlangsung meriah dan dihadiri seluruh kerabat gadis itu. Beberapa hari kemudian, pemuda tersebut meminta izin untuk membawa istrinya kembali ke negara asalnya. Gadis itu tahu bahwa dia harus mengikuti suaminya, namun dia merasa enggan meninggalkan keluarganya. Setiap hari dia memikirkan orang tua dan keluarga yang akan dia tinggalkan.

Baca juga: Inilah Kisah Gembala dan Serigala, Lagu Pengantar Tidur Untuk anak-anak!

Sebelum pasangan pengantin baru itu pergi, ayah gadis itu berkata, “Nak, jagalah dirimu dalam perjalananmu. Jadilah istri yang baik dan setia di rumah suamimu.” Ayahnya menambahkan, “Aku mengerti, berat bagimu untuk meninggalkan keluargamu di sini, tapi kamu sudah menikah dan harus menuruti ajakan suamimu untuk tetap tinggal di tempat asalnya. Ingat, kuatkan dirimu, apapun alasannya, jangan pernah melihat. Jika kamu melihat ke belakang, kamu akan berubah menjadi batu.”

Pasangan suami istri tersebut meninggalkan desa dan melakukan perjalanan jauh melintasi lautan. Mereka berjalan melewati hutan lebat dan mendaki bukit. Mereka kemudian sampai di tepi danau Laut Tawar. Mereka naik kano untuk menyeberangi danau. Selama perjalanan, gadis itu tidak pernah menoleh ke belakang, meskipun dia ingin melihat desa dan keluarganya sekali lagi.

Kano itu bergerak perlahan melintasi danau. Tiba-tiba gadis itu samar-samar mendengar suara yang sangat familiar memanggil, yaitu suara ibunya. “Ibu?” dia berkata pada dirinya sendiri. Jantungnya berdebar kencang, ia tahu ia telah meninggalkan ibunya di rumah dan mereka telah melakukan perjalanan yang cukup jauh. Ibunya tidak mungkin ada di sana. Namun dia mendengar suara ibunya semakin kuat. Gadis itu menoleh ke belakang untuk melihat ibunya. Seketika dia berubah menjadi batu.

Sang suami kaget melihat istrinya berubah menjadi batu. Perasaan sedih yang tiada tara menerpa pemuda itu. Meski istrinya sudah menjadi batu, namun ia tak mau meninggalkannya. Ia pun meminta kepada Yang Maha Kuasa untuk selalu bersama kekasihnya. Permintaannya dikabulkan. Pemuda itu berubah menjadi batu. Kini sepasang batu tersebut berada di tepi danau Laut Tawar. Mereka berdiri berdampingan seolah cinta di antara mereka kuat.

Inilah Kisah Gembala dan Serigala, Lagu Pengantar Tidur Untuk anak-anak!

Kisah Gembala dan Serigala – Jika si Kecil sulit tidur, membacakan kisah Gembala dan Serigala bisa menjadi salah satu triknya. Dongeng ini memang mempunyai banyak versi, salah satunya diciptakan cukup lama oleh John Hookham Frere pada tahun 1830. Namun versi ini telah diadaptasi oleh banyak penulis agar dapat dinikmati oleh anak-anak. Seperti apa kisah dongeng Anak Gembala dan Serigala? Berikut ini adalah dongeng lengkap yang bisa Moms jadikan sumber bacaan untuk si Kecil di rumah.

Kisah Anak Gembala dan Serigala

Di sebuah desa yang dekat dengan hutan lebat hiduplah seorang anak laki-laki. Ia sering menggembalakan domba majikannya. Ia lebih memilih menggembala di hutan dibandingkan di desa, karena lebih banyak daun yang bisa dijadikan pakan domba.

Padahal hutannya cukup lebat dan gelap

Seharian menunggu dombanya makan, ia menjadi bosan. Untuk menghilangkan rasa bosan, ia sengaja membawa seruling dan seekor anjing peliharaan. Jadi, sambil menggembalakan dombanya, ia menghibur diri dengan bermain seruling atau bermain dengan anjing peliharaannya.

Dengan asumsi Serigala Datang

Suatu hari, saat melihat dombanya sedang makan, dia membayangkan sesuatu. Dalam benaknya ia bertanya-tanya apakah akan ada sesuatu yang muncul dari dalam hutan dan memakan domba yang ia pelihara. Pikiran ini awalnya membuatnya takut, tetapi kemudian si gembala kecil teringat akan pesan tuannya.

Jika serigala datang, dia harus berteriak sekuat tenaga minta tolong. Penduduk desa terdekat pasti akan berbondong-bondong membantunya dan mengusir serigala-serigala itu. Namun hingga saat ini, hal yang dia bayangkan tidak pernah terjadi. Saat dia menggembalakan domba di hutan, tidak ada satupun serigala yang mengincar dombanya.

Berbohong Ada Serigala

Gembala kecil itu mulai membayangkan ide-ide nakal. Menurutnya, lucu jika ia berpura-pura melihat serigala, lalu berteriak agar warga di desanya datang membantu. Jadi, dia membuka mulutnya lebar-lebar dan berteriak, “Serigala! Serigala!”

Dalam sekejap, penduduk desa datang berbondong-bondong, siap melakukan apa saja untuk mengusir serigala jahat itu. Mereka meninggalkan berbagai pekerjaan penting untuk membantu para penggembala. Berbagai perlengkapan dibawa untuk mengusir serigala dan melindungi diri.

Namun sesampainya di sana, penduduk desa hanya menemukan anak penggembala itu sedang tertawa terbahak-bahak. Ternyata sang penggembala menipu mereka dan senang karena ide nakalnya berhasil. Penggembala kecil itu senang sekali melihat ekspresi warga yang kaget mendengar ada serigala.

Sadar telah dibohongi, warga desa membubarkan diri dan kembali ke desa untuk melanjutkan aktivitasnya. “Aku hanya menguji apakah jika ada serigala yang datang mengincar domba, kamu mau membantuku mengusir serigala itu atau tidak,” kata penggembala kecil itu tanpa merasa bersalah. Dia, yang puas karena leluconnya berhasil, kembali mengamati domba-domba itu.

Kembali ke Kebohongan Ada Serigala

Beberapa hari kemudian, penggembala kecil itu mengulangi kejadian tersebut. Anak gembala itu berteriak keras dengan suara panik, “Serigala! Serigala!” Dan lagi, penduduk desa yang baik hati segera datang. Mereka berlari secepat mungkin agar tidak terlambat memberikan bantuan. Sayangnya, sekali lagi, yang mereka temukan bukanlah serigala yang menyerang domba. Sebaliknya, mereka malah mendapati seorang anak penggembala yang nakal sedang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

Kejadian ini persis sama dengan sebelumnya. “Oh, kamu menipu kami!,” geram seorang petani. Petani ini meninggalkan ladangnya ketika mendengar teriakan minta tolong. “Jangan lakukan itu lagi,” kata ibu salah satu tukang roti. “Atau kami tidak akan mempercayaimu lagi,” ancam warga lainnya. Penduduk desa berhamburan sambil bergumam kesal. Anak penggembala itu hanya tertawa puas atas kemarahan mereka.

Kembali ke Berbohong Lagi

Bocah penggembala itu rupanya tidak menghiraukan peringatan warga. Keesokan harinya, dia mulai berakting lagi. Dia berteriak, “Serigala! Serigala!” ketika tidak ada satu pun serigala yang mendekat. Meski awalnya penduduk desa ragu apakah ini benar atau hanya permainan, penduduk desa kembali memutuskan untuk datang membantunya.

Hasilnya sama seperti sebelumnya, mereka hanya digoda oleh si anak penggembala. Warga pun bergegas pulang dengan marah karena lelah dipermainkan oleh penggembala kecil itu. Bocah penggembala itu tetap tidak merasa bersalah meski berkali-kali menindas warga.

Serigala Benar-benar Datang

Suatu sore, saat matahari mulai terbenam, tiba-tiba seekor serigala muncul di pinggiran hutan. Serigala liar tampak lapar dan mulai menyambar domba-domba itu. Anak penggembala yang melihat kejadian ini sangat panik dan takut.

Dia berlari dengan panik mencari bantuan. “Serigala! Serigala!” dia berteriak. Dia berharap seseorang akan segera datang untuk membantu. Penduduk desa mendengar teriakan anak penggembala itu. Namun, tidak ada seorang pun