Kisah Gembala dan Serigala – Jika si Kecil sulit tidur, membacakan kisah Gembala dan Serigala bisa menjadi salah satu triknya. Dongeng ini memang mempunyai banyak versi, salah satunya diciptakan cukup lama oleh John Hookham Frere pada tahun 1830. Namun versi ini telah diadaptasi oleh banyak penulis agar dapat dinikmati oleh anak-anak. Seperti apa kisah dongeng Anak Gembala dan Serigala? Berikut ini adalah dongeng lengkap yang bisa Moms jadikan sumber bacaan untuk si Kecil di rumah.

Kisah Anak Gembala dan Serigala

Di sebuah desa yang dekat dengan hutan lebat hiduplah seorang anak laki-laki. Ia sering menggembalakan domba majikannya. Ia lebih memilih menggembala di hutan dibandingkan di desa, karena lebih banyak daun yang bisa dijadikan pakan domba.

Padahal hutannya cukup lebat dan gelap

Seharian menunggu dombanya makan, ia menjadi bosan. Untuk menghilangkan rasa bosan, ia sengaja membawa seruling dan seekor anjing peliharaan. Jadi, sambil menggembalakan dombanya, ia menghibur diri dengan bermain seruling atau bermain dengan anjing peliharaannya.

Dengan asumsi Serigala Datang

Suatu hari, saat melihat dombanya sedang makan, dia membayangkan sesuatu. Dalam benaknya ia bertanya-tanya apakah akan ada sesuatu yang muncul dari dalam hutan dan memakan domba yang ia pelihara. Pikiran ini awalnya membuatnya takut, tetapi kemudian si gembala kecil teringat akan pesan tuannya.

Jika serigala datang, dia harus berteriak sekuat tenaga minta tolong. Penduduk desa terdekat pasti akan berbondong-bondong membantunya dan mengusir serigala-serigala itu. Namun hingga saat ini, hal yang dia bayangkan tidak pernah terjadi. Saat dia menggembalakan domba di hutan, tidak ada satupun serigala yang mengincar dombanya.

Berbohong Ada Serigala

Gembala kecil itu mulai membayangkan ide-ide nakal. Menurutnya, lucu jika ia berpura-pura melihat serigala, lalu berteriak agar warga di desanya datang membantu. Jadi, dia membuka mulutnya lebar-lebar dan berteriak, “Serigala! Serigala!”

Dalam sekejap, penduduk desa datang berbondong-bondong, siap melakukan apa saja untuk mengusir serigala jahat itu. Mereka meninggalkan berbagai pekerjaan penting untuk membantu para penggembala. Berbagai perlengkapan dibawa untuk mengusir serigala dan melindungi diri.

Namun sesampainya di sana, penduduk desa hanya menemukan anak penggembala itu sedang tertawa terbahak-bahak. Ternyata sang penggembala menipu mereka dan senang karena ide nakalnya berhasil. Penggembala kecil itu senang sekali melihat ekspresi warga yang kaget mendengar ada serigala.

Sadar telah dibohongi, warga desa membubarkan diri dan kembali ke desa untuk melanjutkan aktivitasnya. “Aku hanya menguji apakah jika ada serigala yang datang mengincar domba, kamu mau membantuku mengusir serigala itu atau tidak,” kata penggembala kecil itu tanpa merasa bersalah. Dia, yang puas karena leluconnya berhasil, kembali mengamati domba-domba itu.

Kembali ke Kebohongan Ada Serigala

Beberapa hari kemudian, penggembala kecil itu mengulangi kejadian tersebut. Anak gembala itu berteriak keras dengan suara panik, “Serigala! Serigala!” Dan lagi, penduduk desa yang baik hati segera datang. Mereka berlari secepat mungkin agar tidak terlambat memberikan bantuan. Sayangnya, sekali lagi, yang mereka temukan bukanlah serigala yang menyerang domba. Sebaliknya, mereka malah mendapati seorang anak penggembala yang nakal sedang tertawa terbahak-bahak sambil memegangi perutnya.

Kejadian ini persis sama dengan sebelumnya. “Oh, kamu menipu kami!,” geram seorang petani. Petani ini meninggalkan ladangnya ketika mendengar teriakan minta tolong. “Jangan lakukan itu lagi,” kata ibu salah satu tukang roti. “Atau kami tidak akan mempercayaimu lagi,” ancam warga lainnya. Penduduk desa berhamburan sambil bergumam kesal. Anak penggembala itu hanya tertawa puas atas kemarahan mereka.

Kembali ke Berbohong Lagi

Bocah penggembala itu rupanya tidak menghiraukan peringatan warga. Keesokan harinya, dia mulai berakting lagi. Dia berteriak, “Serigala! Serigala!” ketika tidak ada satu pun serigala yang mendekat. Meski awalnya penduduk desa ragu apakah ini benar atau hanya permainan, penduduk desa kembali memutuskan untuk datang membantunya.

Hasilnya sama seperti sebelumnya, mereka hanya digoda oleh si anak penggembala. Warga pun bergegas pulang dengan marah karena lelah dipermainkan oleh penggembala kecil itu. Bocah penggembala itu tetap tidak merasa bersalah meski berkali-kali menindas warga.

Serigala Benar-benar Datang

Suatu sore, saat matahari mulai terbenam, tiba-tiba seekor serigala muncul di pinggiran hutan. Serigala liar tampak lapar dan mulai menyambar domba-domba itu. Anak penggembala yang melihat kejadian ini sangat panik dan takut.

Dia berlari dengan panik mencari bantuan. “Serigala! Serigala!” dia berteriak. Dia berharap seseorang akan segera datang untuk membantu. Penduduk desa mendengar teriakan anak penggembala itu. Namun, tidak ada seorang pun